Hati - Hati Berprasangka
"enak banget itu monopoli kipas angin!", ujar ummiku malam itu. Aku pun menuruti pandangannya dan melihat seorang ibu dan dua anaknya yang sudah menggelar sajadah dekat kipas angin.
Aku paham kenapa ummi berujar seperti itu, karena memang Masjid di lingkungan kami dihadari jamaah sholat isya dan tarawih yang membludak. Sehingga tak heran tempat dekat kipas angin menjadi spot favorit.
Keesokan harinya -- hingga malam-malam berikutnya, aku pun masih melihat sang ibu di tempat kemana arah kipas angin menuju. Dan akhirnya aku setuju dengan ungkapan ummiku malam lalu, 'enak ya ibunya'.
Perkataan seperti ini bukanlah hal yang baik, karena akan memicu sebuah prasangka. Tanpa berlama-lama berprasangka lebih buruk, segera Allah tunjukkan padaku alasan mengapa sang ibu menempati tempat yang nyaman.
Saat ia berdiri, aku melihat bagian perutnya yang sudah sangat besar. Ya. Ternyata sang ibu sedang hamil besar, masyaAllah. Akhirnya aku memahami kondisinya. Dan tentu ia sangat berhak untuk menempati posisi tersebut. Aku pun perlahan memupuk rasa kagum terhadap beliau, karena perjuangannya untuk berdiri sholat dan membawa dua anak serta satu calon anak.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.” (QS. Al-Hujurat [49]: 12)
Demikianlah Allah menuntut kita sebagai seorang muslim untuk berhati-hati dalam berprasangka. Seorang muslim dengan akhlak yang baik hendaknya selalu berprasangka baik kepada saudaranya, karena hal ini termasuk bentuk menghormatinya. Bahkan dalam Islam diajarkan tindakan mencegah prasangka buruk orang lain kepada kita. Yaitu apabila ada hal-hal yang memungkinkan orang lain menjadi berprasangka buruk kepada kita, hendaklah kita menjelaskan perkaranya.
Malam ini ketika aku tengah menulis cerita ini, ada lagi yang bisa kupelajari tentang indahnya islam memuliakan saudaranya. Tentu masih dengan tokoh yang sama :)
Saat melaksanakan sholat isya tadi, ada sederet anak-anak kecil yang memutar arah kipas anginnya ke arah mereka. Selepas menunaikan sholat ibunya terlihat gerah dan sudah berpeluh keringat di wajahnya. Maka aku pun menjelaskan perkaranya ke anak kecil di belakangku dan meminta izinnya untuk memutar kembali kipas anginnya. Aku pun langsung tertegun, seandainya kita mampu untuk lebih peka terhadap urusan saudara kita tanpa perlu menjelaskan perkaranya. Aah pasti rasanya sangat menyejukkan.

Comments
Post a Comment