Pencari Agama atau Pengejar Dunia?
Imam Ahmad mengatakan, “Manusia lebih memerlukan ilmu daripada makanan dan minuman. Karena, makanan dan minuman hanya dibutuhkan dua atau tiga kali dalam sehari, sedang ilmu diperlukan di setiap waktu.”
Perlu untuk digarisbawahi bahwa ilmu adalah kunci segala kebaikan. Tak sempurna keimanan dan tak sempurna pula amal kecuali dengan ilmu. Ilmu layaknya pohon yang berukuran besar, berbatang tinggi menjulang, naungannya rindang dan buah-buahnya masak. Menuntutnya adalah ibadah sedang mempelajarinya bernilai tasbih. Sungguh Allah telah banyak menyebutkan keutamaan ilmu dalam kitab-Nya.
Sekarang yang perlu dipertanyakan adalah kita termasuk sebagai orang yang sibuk mencari ilmu atau justru orang yang lalai dari menuntut ilmu? Kita sering berkilah mengatakan bahwa dunia dengan berbagai keruwetannya telah menjadi ajang perlombaan menumpuk materi sehingga lalai dari menuntut ilmu menjadi suatu hal yang lumrah dan tak terelakkan. Ada yang sibuk mati-matian mengejar karir, mencari nafkah dan mengais rezeki sekadar untuk memenuhi kebutuhan. Ada yang sibuk dengan berbagai hiburan dan wisata. Ada pula yang terlanjur tenggelam dalam upaya peningkatan profesionalisme kerja.
Rumit memang menjadi penuntut ilmu di tengah gemerlapnya dunia. Tapi Allah tak pernah ingkar atas janjiNya pada penuntut ilmu :’)
Imam Bukhari memilki sebidang tanah yang ia sewakan seharga 700 dirham selama satu tahun. Tapi ia membelanjakan dana ini untuk apa? Untuk keperluan mencari ilmu.
Syaikh Al-Albani bertutur tentang dirinya, ”Di antara bimbingan Allah dan karuniaNya padaku bahwa Dia mengarahkanku untuk mempelajari keahlian mereparasi jam sejak awal masa mudaku. Setiap hari, selain hari Selasa dan Jumat, aku mengalokasikan waktu untuk pekerjaan ini selama 3 jam saja. Dan jangka waktu ini mencukupiku untuk memperoleh makanan pokok untukku, keluargaku dan anak-anakku tanpa kekurangan. Ini satu poin yang penting. Sedang waktu lainnya aku pergunakan untuk menuntut ilmu, menulis dan mempelajari kitab-kitab hadits.”
Tentu bekerja dalam kehidupan manusia adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan. Tapi memadukan antara aktivitas kerja dan mencari ilmu merupakan sesuatu yang mesti dilakukan. Jangan sampai kita tenggelam dan terlalu sibuk dalam bekerja, hingga tak sempat menuntut ilmu agama. Sesibuk apapun, kita harus mampu menyisihkan waktu khusus untuk menuntut ilmu, mempelajari kewajiban-kewajiban agama, berbagai bentuk ibadah dan mu’amalah, serta berbagai aktivitas lainnya.
Tapi sejatinya yang menjadi masalah adalah semangat dan niat. Bila orang yang memiliki kesibukan ingin mencari ilmu namun ia tidak mau berusaha sungguh-sungguh dan tidak mengerahkan segala kemampuan, lantas kapan ia akan mendapatkan keinginan tersebut? Demi Allah, andai saja kita memiliki niat-niat yang benar, tujuan-tujuan yang baik, keikhlasan pada Allah, memanfaatkan waktu yang ada, insyaAllah Allah hadirkan taufik dan hidayah untuk kita menuntut ilmu agama. Aamiin…

Comments
Post a Comment