Debar di dada yang engkau rahasiakan.

Aku takut ini hanyalah ujian dari Tuhanku, apakah aku akan mengikuti hawa nafsu atau melawan. Aku benar-benar khawatir kalau Tuhanku cemburu. Sama sekali bukan perasaan condong kepada lawan jenis ini yang dipersoalkan, melainkan sikap kita dalam mengapresiasinya. Hendaknya kita tidak berhenti pada 'yg penting nggak pacaran' atau 'cinta dalam diam'. Sebab apa yang kita rasakan, belum tentu adalah gambaran takdir Allah di masa mendatang. Cinta sebelum halal-demi Allah itu hanyalah ujian bagi keimanan.

Debar di dada engkau rahasiakan. Dengan diam berjuang sekuat tenaga untuk tidak memberi isyarat bahwa engkau memiliki perasaan, justru adalah cara mulia dalam rangka memuliakannya di hadapan Allah. Berjuang dengan iman, agar engkau tidak menjadi pengrusak keshalihannya. Dan secara otomatis sebenarnya engkau juga sedang membenahi keshalihahanmu.

Dalam doa, engkau tidak muluk-muluk meminta agar ia menjdi jodohmu. Sebab ya itu, labirin cinta karena Allah itu memang bekerja sangat misterius. Jika logika yang menjadi landasan, maka tidak akan terbaca maknanya. Engkau yang memilih mencintainya dalam diam-memperbaiki diri dan yakin takdir Allah selalu baik- akan tampak seperti wanita aneh bagi orang-orang yang tidak faham soal agama. Engkau akan tampak asing bagi mereka yang terbiasa mengumbar perasan ke mana-mana. Dari sekian perubahan yang terasa kita semua barangkali merasakannya, bahwa pelan-pelan namun pasti adanya teman kita yang menjauh. Atau sebenarnya kita yang menarik diri akibat pertimbangan yang macam-macam.

Allah tidak mungkin iseng menakdirkanku mengenalmu. Tidak mungkin. Wajahmu yang manis itu menyapaku. Engkau jelas-jelas tidak ada hubungan darah denganku, kota kelahiran kita berbeda, sekolah dan teman kita pun awalnya tidak sama hingga akhirnya Allah seperti menarik benang diantara kita untuk saling mendekat. Kita bertemu di tempat yang di Lauhul Mahfudz sudah dituliskan sejak ribuan tahun lalu. Engkau adalah sahabatku di dunia, dan semoga di akhirat pun demikian. Ukhuwah ini semoga menjadi kuat seiring kuatnya iman kita. Jika kelak ada kekhilafan yang engkau dapati dariku, percayalah sahabatku itu bukan karena aku tak lagi mencintaimu. Namun itu karena imanku saja yang sedang jatuh. Allah mewajibkanku untuk menjaga sahabat yang membawaku ke jalanNya. Dan ini sedang kuupayakan padamu.

Aku telah mengatakan kepada Allah bahwa aku akan meninggalkanmu demi Dia dan kini telah kucoba. Pernah kukatakan bahwa aku ingin seperti kisah indah Siti Fatimah dan Sayyidina Ali bin abi tholib. Kisah tentang membisukan cinta. Tidak saling mengungkapkan. Tidak saling menunjukkan. Hingga akhirnya Allah yang mempersatukan. Namun di sepertiga malam kemarin, aku kembali mengadu pada-Mu, aku menangis. Oh Tuhanku, aku tahu ini ujian-Mu. Ujian untuk hatiku, untuk imanku. Kuatkan aku, Tuhan. Istiqomahkan aku. Kutitipkan ia pada-Mu karena sungguh aku tidak mampu memberikan manfaat baginya. Dia adalah milik-Mu yang haq. Kutinggalkan dia karenaMu Tuhan, aku akan menjauhinya. Sebab lelaki yang Engkau takdirkan menjadi imamku itu, siapapun dan dimanapun ia kini adalah telah Engkau tulis namanya bersandingkan namaku. Dan janji-Mu pasti, takkan tertukar apa yang telah Engkau tetapkan. Takkan buruk apa yang Engkau berikan. Tenangkan hatiku yang kerdil ini, Tuhan. Setenang hatinya orang beriman.

"Cinta adalah rasa yang keras dan dalam. Menetes amat pelan. Sunyi. Dan yang ampuh menjembataninya hanyalah doa."

Sahabat, yang menulis ini belum tentu wanita yang sudah istiqomah menghisab diri. Kedudukanmulah yang mungkin jauh lebih mulia, sedang aku hanya menyampaikan dengan maksud agar diriku sendiri mengamalkannya.

-Astronoslimah :)

Comments

Popular posts from this blog

Tuntutan

Sedikit Cerita di Masjid Al-Falah