Contoh Esai
Pemikiran Orang tua yang Kuno?
oleh: Ferdania Prasasti XII IPA 1
Siapa yang tidak ingin sukses? Semua anak baik saya, anda, dia dan mereka pasti ingin sukses dengan beragam impian yang menjadi prinsip hidup. Prinsip hidup merupakan hal mutlak yang dimiliki oleh setiap sanubari dan tak lain merupakan rangkaian dari mimpi-mimpi yang indah saat benar-benar bisa terwujud. Prinsip hidup itulah yang menjaga kita dan kerap kali dijadikan bahan wacana, bahan keilmiahan, materi dalam presentasi para pakar psikologi bahkan muncul dalam nasihat kuno orangtua dalam menasihati anak-anaknya sebagai salah satu landasan awal menuju kesuksesan masa depan. Sayangnya, di jaman globalisasi ini, tidak semua orang dilahirkan untuk sukses atau bisa merefleksikan bayangannya ke dalam bentuk nyata. Pemikiran inilah yang telah terlupakan oleh orang tua dengan pemikiran yang kuno.
Apa makna, inti, metoda dan arti dari sebuah kesuksesan. Para pakar psikologi, kyai, pendeta, guru-guru di jaman modern ini dengan mudah akan memberikan definisi yang gamblang kepada anda. Atau bahkan anda tidak pernah butuh analisa dan keterangan dari mereka, karena anda sendiri sebenarnya mengetahui apa itu arti sukses yang dibutuhkan adalah bagaimana memperbaiki pemikiran orang tua yang telah terlanjur memandang sesuatu hal seperti di tahun 1945. Anda harus berbeda dan harus mempunyai prinsip yang diyakini kebenarannya. Namun, kita ketahui bersama, sungguh bagai menegakkan benang basah dalam menerapkan hal ini dalam diri sendiri, implementasi dalam kehidupan dipastikan seringkali kita mengalami kegagalan menerjemahkannya dalam hidup kita. Meskipun kesulitan itu tidak bermakna sama dan searti dengan tidak mungkin.
Manusia mempunyai kecenderungan psikologis untuk selalu bergerak dinamis. Dinamis dapat diartikan dengan suatu gerak perubahan untuk menyesuaikan dengan keadaan dan kondisi sekitar. Hal tersebutlah yang menjadikan manusia dari jaman purba sampai jaman reformasi informasi yang gegap gempita ini untuk selalu bertahan dari keadaan dan tekanan yang dihadapinya untuk menciptakan penemuan-penemuan dan perubahan-perubahan dalam hidup manusia itu sendiri. Dalam dinamika perubahan yang begitu cepat, mengharuskan kita untuk selalu mengubah paradigma berpikir dalam melihat diri kita sekarang dan masa depan. Pertanyaannya, sejauh mana keinginan orangtua berbanding lurus dengan keinginan anak itu sendiri? Seharusnya orang tua memiliki pandangan yang modern pula, namun jangan heran jika ternyata prinsip kita dianggap tidak masuk akal dan dianggap lelucon bagi orang tua yang kemudian membuat kita berputar berbalik arah menjauhi apa yang sebenarnya ingin diraih.
Kita perlu bersikap menggebu-gebu untuk mencapai suatu tujuan, namun dalam perjalanan itu ternyata harus menempuh perjalanan yang terjal, berupa banyak factor salah satunya keinginan orangtua dalam mencampuri alur cita-cita kita, terkadang apa yang diharapkan orangtua terlalu tinggi dan beranggapan bahwa pilihan merekalah yang terbaik, merekalah yang mengetahui segalanya dengan matang tanpa memikirkan mungkin saja kemampuan anaknya tidak sesuai dengan pilihan mereka, sehingga kita secara perlahan melangkahkan kaki keluar daripada rel tujuan awal kita demi alasan berbakti pada orang tua. Banyak anak yang telah berhasil melepaskan diri mereka dari jeratan orangtua sebelum mereka membunuh diri mereka sendiri. Masalah inipun kerap kali kita temui, baik tersirat di novel, film bahkan kehidupan nyata. Jawaban umum yang sering kita terima adalah berbagai keluhan, nada-nada menggeremang dan suara-suara yang apatis. Berbagai keluhan bagi mereka yang tidak bisa terlepas dari jeratan harapan orang tua kuno. Saya pernah membaca quote yang mengatakan “andai saja mereka melihat perkembangan dunia saat ini, mungkin mereka tidak menggunakan cara lama yang menyiksa hati itu”. Sudahlah jelas bahwa sebaiknya sebelum orangtua mengatur kehidupan anak, mereka harus melakukan suatu komunikasi yang baik. Agar tercapailah suatu kesepakatan yang mufakat dan meemukan jalan keluar bagi kedua pihak, dan tak ada lagi anak-anak yang mengubuur mati impiannya karena faktor keinginan orantua. Dari sisi itu kita simpulkan, bahwa membangun prinsip itu mau tidak mau membangun benteng dalam diri dari arus pengaruh luar. Membangun benteng tidak harus dengan menutup diri dengan menolak segala sesuatu perubahan dalam hidup. Namun lebih dapat untuk meyakini bahwa setiap inci hidup kita membutuhkan tujuan.
Dari sisi itu kita simpulkan, bahwa membangun prinsip itu mau tidak mau membangun benteng dalam diri dari arus pengaruh luar. Membangun benteng tidak harus dengan menutup diri dengan menolak segala sesuatu perubahan dalam hidup. Namun lebih dapat untuk meyakini bahwa setiap inci hidup kita membutuhkan tujuan.
Comments
Post a Comment