Pilihan Hidup
Hidup hanya sekali. Maka setiap pilihan yang kita ambil di dalamnya haruslah pilihan terbaik yang bisa kita ambil, bukan sekedar sembarang pilihan. Karena apa? Karena pilihan-pilihan itu hanya terjadi sekali dalam hidup kita, kalaupun di waktu yang berbeda kita masih diberi kesempatan berhadapan dengan pilihan yang sama, ketahuilah bahwa waktu yang kita miliki sudah berkurang gara-gara pilihan mubazir sebelumnya. Waktu yang kita miliki terhabiskan oleh pilihan yang seharusnya sudah dapat kita selesaikan di masa lalu.
Life is a choice, Hidup adalah pilihan. Maka tidak heran kita sering mendengar kalimat ini dalam kehidupan kita. Namun sangat disayangkan, tidak banyak di antara kita yang benar-benar memahaminya. Hal itu terlihat dari pilihan-pilihan yang kita ambil hingga detik ini. Kita cenderung mengambil pilihan “ala kadarnya”, sehingga kita hidup seperti kebanyakan manusia. Tidak ada yang istimewa.
Sebagai contoh, ada orang yang memiliki aktivitas sama: memetik gitar dan menyanyi. Jika dengan aktivitasnya itu ia memilih untuk melakukannya di jalan-jalan, di rumah, di bus-bus, maka ia akan disebut sebagai seorang pengamen. Ia pun akan dihargai sesuai dengan pilihannya itu, antara 100 hingga 500 rupiah. Namun berbeda apabila aktivitas yang dilakukan dimanajemen dengan baik, ia tampil di kafe-kafe, di acara penting, ataupun konser-konser, maka ia akan disebut sebagai seorang penyanyi. Ia akan dihargai sesuai dengan pilihannya. Jutaan rupiah bisa ia raup. Padahal secara sekilas kedua aktivitas tadi sama, namun perlu diketahui bahwa pilihan yang ada di dalamnya jelas-jelas berbeda. Kira-kira dari kedua pilihan tadi, mana yang paling banyak dipilih?
Ketika kita lihat ada orang yang berhasil dalam hidupnya saat ini, bisa dipastikan itu merupakan hasil akumulatif piihannya di masa lalu. Ia menjadi orang yang sukses, bisa dipastikan di masa lalu ia adalah orang yang rajin, ulet, disiplin, dan teguh dalam pendirian. Tidak mungkin dulu ia adalah seorang pemalas. Begitu juga ketika kita melihat seorang preman. Bisa dipastikan di masa lalunya ia adalah orang yang malas, suka membolos sekolah, serta sering berkelahi.
Hidup adalah pilihan. Kita hari ini adalah hasil pilihan kita di masa lalu. Sedangkan kita di masa depan adalah pilihan kita hari ini. Seorang yang pandai membaca al-Qur’an, tentu tidak simsalabim bisa. Namun di masa lalu dia pasti belajar untuk membaca al-Qur’an. Lionel Messi, ketika sekarang ia mahir memainkan bola, tentu itu semua karena di masa lalu ia memutuskan untuk giat dan serius dalam berlatih.
ni' follow blogku :)
ReplyDeleteahh iya iya :)
ReplyDelete